Senin, 17 Desember 2012

Analisis Kasus Pembunuhan yang Dilakukan Oleh Andrew Conley Akibat Pengaruh dari Film "Dexter"

 Tidak dapat dipungkiri bahwa media kini merupakan salah satu wadah maupun saluran yang sangat penting untuk berbagai keperluan manusia diseluruh dunia. Baik itu untuk tujuan bisnis, sosial, ekonomi, maupun pembelajaran. Seiring berkembangnya teknologi serta kemajuan yang signifikan di bidang penyebarluasan media massa, tak ayal media massa juga merupakan salah satu ajang untuk melakukan imitasi serta berpengaruh sangat besar dan dominan dalam perilaku serta sikap para audiensnya. Lalu mengapa media massa dapat merubah perilaku seseorang? 

Jawaban dari pertanyaan inilah yang mendasari analisis kelompok kami terhadap salah satu kasus yang akan kami jabarkan efek serta penyebabnya. Dosen kami di pelajaran Communication Science, Mrs. Hersinta, MSi memberikan kami tugas untuk memberikan pandangan kami terhadap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja bernama Andrew Conley yang bahkan membunuh adik kandungnya sendiri akibat adanya pengaruh dari media. Berikut ini kami akan jelaskan kasus tersebut menurut sudut pandang kelompok kami.
 


1.      Latar Belakang Perilaku Andrew Conley Berdasarkan Teori Social Learning Albert Bandura
Social learning theory adalah proses belajar dengan mengamati. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman karena perilaku tersebut.
Dalam teori Albert Bandura ini, kami terbantu untuk menjelaskan tentang sebuah video yang menceritakan tentang Andrew Conley yang membunuh saudara laki-lakinya dikarenakan Ia merasa seperti seorang tokoh fiksi dari sebuah serial TV yang bernama “Dexter”. Jadi, sebelum kami analisis, kelompok kami akan menceritakan terlebih dahulu sebagian kecil informasi tentang film series Dexter ini. Tokoh Dexter ini sendiri diceritakan adalah seorang pembunuh yang kejam yang mempunyai kepribadian ganda. Pada saat sehari-harinya, Dexter bekerja sebagai seseorang yang membantu polisi dalam mengungkap sebuah kasus pembunuhan, yaitu seorang ahli forensik. Tetapi di samping itu, Dexter juga adalah seorang pembunuh berantai.
Andrew Conley sangat senang menonton acara ini, Ia bahkan menganggap bahwa Dexter ini “keren”. Ia mulai mengamati dan mengingat apa saja yang dilakukan Dexter. Pada saat Andrew mulai memasuki masa dalam hal mencari jati diri, maka yang ada di benak dan pikirannya mengenai gambaran perihal seseorang yang keren dan ideal adalah Dexter. Secara perlahan namun pasti, Andrew mulai merasa seperti Dexter. Ia mulai mencontoh sikap dan perilaku Dexter yang Ia tonton pada serial TV tersebut.
Kemudian social learning teori dari Albert Bandura ini juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Andrew Conley merasa bahwa Ia mampu membunuh seperti Dexter. 
Conley membunuh adik laki-lakinya yang baru berusia 10 Tahun dengan sadar. Conley mengaku muncul dorongan melakukan pembunuhan di dalam dirinya seperti perasaan lapar. Ia bahkan berkhayal ingin membunuh ayahnya. Remaja ini menyebutkan bahwa ia awalnya bermain dengan saudara laki-laki Conner, 10, sebelum mengarahkan tangannya ke leher adiknya itu. Conner dicekik selama 20 menit hingga meninggal.  Lalu Conley memasukkan tubuh adiknya ke dalam kantong sampah dan membuangnya di taman dekat rumah mereka di Rising Sun, Inidana. Selanjutnya, Conley ke rumah pacarnya untuk menonton film. Ia bahkan mengatakan kepada pihak Polisi bahwa Ia mempunya hasrat untuk membunuh sejak lama. Andrew mengaku membunuh sang adik karena ingin meniru Dexter.


2.      Faktor-Faktor Penyebab Andrew Conley Membunuh Adiknya Sendiri

Film dexter memang menginspirasi remaja untuk melakukan hal yang sama dengan yang diperankan Morgan dexter di dalam film tersebut. Salah satu remaja yang terinspirasi adalah Andrew Conley. Peran Morgan Dexter di dalam film Dexter itu  telah  membuat Andrew Conley merasa bahwa dirinya cocok dengan peran tersebut. Andrew mengidentifikasikan dirinya sebagai Dexter Morgan yang dalam filmnya diperankan oleh Michael C Hall. 
Andrew mengaku merasa dirinya seperti Dexter. Ia terobsesi untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Morgan dexter di dalam film tersebut. Ia juga menyamakan hasratnya untuk membunuh dengan hasrat untuk makan yang harus dipenuhi. “Aku merasa seperti dia (Dexter),” kata Andrew.  Maka dari itu, Andrew mengaku sudah ingin melakukan pembunuhan selama bertahun-tahun. Dan malangnya, yang menjadi sasarannya adalah adiknya sendiri yang baru berusia 10 tahun. Ia juga pernah mengkhayal untuk membunuh ayahnya.
Andrew Conley sendiri memang sudah dinyatakan sebagai seorang psikopat dan mempunyai keterbelakangan mental yang dideritanya oleh 3 orang psikolog yang menyelidiki kasus Andrew Conley tersebut. Keterbelakangan Andrew itu disebabkan karena hubungan antara Andrew dan ibunya tidak harmonis.
 


Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor yang menyebabkan Andrew Conley melakukan hal yang tidak manusiawi yaitu membunuh adiknya sendiri yang baru berusia 10 tahun adalah :
-       Kondisi Andrew Conley yang pada dasarnya memang telahmengalami keterbelakangan mental.
-   Kurangnya / minimnya pengawasan daripada orang tua Andrew Conley di rumah, sehingga ia cenderung “bebas” melakukan apa yang ia inginkan, termasuk dalam hal pencarian jati dirinya (dalam usia remaja seperti ini), karena peranan orang tua yang sangat minim dalam memberikan arahan, maka ia mencoba mengidentifikasikan jati dirinya tersebut melalui media-media, seperti TV , yakni dengan meniru perilaku tokoh yang dikaguminya.
-     Media komunikasi Televisi yang cenderung kurang menyaring sajian-sajian acaranya; yang seharusnya tidak patut untuk dijadikan tontonan bagi khalayak banyak karena mengandung berbagai adegan yang seharusnya tidak layak “dokomsumsi” oleh publik, misalnya adegan-adegan kekerasan, pembunuhan, dan masih banyak lagi.
Dari kasus di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai sosial dan nilai moral dapat terbentuk pada diri seseorang karena adanya proses peniruan (Imitasi), penyajian contoh perilaku (modelling), dan kondisi lingkungan yang mendukung atau tidak. Segala reaksi yang timbul merupakan hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif itu sendiri.
                  
3.      Proses Terjadinya Pembunuhan Adik Andrwe Conley


·    Andrew Conley merupakan anak sulung dari 2 bersaudara dimana ia di besarkan tanpa seorang ayah dan hanya seorang ibu (single parent) di Amerika. Hubungan Andrew dengan ibu dan adiknya cenderung kurang harmonis.
·    Andrew di duga telah memendam depresi yang di pendamnya sendiri kurang lebih 1 tahun dan impiannya ingin menjadi seorang detektif.
·      Andrew suka membaca membaca buku dan menonton serial pembunuhan salah satunya adalah “Dexter.
·   Andrew, adik dan ibunya sering menonton film “Dexter” bersama-sama. Ibu dari Andrew Conley berfikir tidak ada kejanggalan di film tersebut dan hanya menggangap itu adalah sebuah tayangan biasa dimana tayangan tersebut termasuk film yang bagus.
·    Andrew merasa tertarik dengan film “Dexter” dan menganggap pemeran utama dari film tersebut sangat mirip dengan dirinya. Karena tertarikan itu, Andrew tidak pernah mau ketinggalan episode demi episode dari film “Dexter”
·      Ia pernah mencoba untuk membunuh dirinya sendiri di dalam bak mandi
·    Andrew Conley membunuh adik laki-lakinya dengan tangan kosong tanpa perencanaan tapi bukan juga insiden yang tidak di sengaja. Adiknya meronta dan memintanya untuk berhenti ketika Andrew mencekik dia namun Andrew mengatakan “I couldn’t (saya tidak bisa)”.
·    Andrew di bawa ke kantor polisi dan mengaku bahwa ia membunuh adik laki-lakinya dan dapat menceritakan kejadian tersebut. 2 hari setelahnya, Andrew melakukan perekaan ulang kejadian saat ia membunuh adiknya dengan menggunakan boneka. Namun hingga saat ini, ibunya tidak dapat di temui dan di wawancara.

4.      Dampak daripada Pembunuhan yang Dilakukan Andrew Conley terhadap Adiknya

Dampak daripada video “Andrew Colley Killer Felt Like Dexter” akan kami kategorikan ke dalam dua bagian, yaitu dampak internal (dampak bagi diri Andrew Conley sendiri) dan dampak eksternal (dampak bagi lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar Andrew).

a)     Dampak Internal
-   Karena Andrew telah membunuh adiknya, dia mendapat ganjaran / hukuman untuk dirinya sendiri berupa hukuman di penjara yang harus ia jalani.
-    Dengan tindakan pembunuhan yang ia lakukan dan hukuman penjara yang ia terima, nama baik Andrew tercoreng yang tadinya sebagai pria remaja baik-baik yang biasa saja seperti pria remaja pada umumnya, kemudian berubah menjadi image seorang pembunuh (ternarapidana) yang berbahaya.
-         Perasaan bersalah menjalar didalam diri Andrew, yang mungkin tidak akan bisa hilang, meskipun ia telah menyelesaikan masa tahanannya.
-  Selain perasaan bersalah, disebutkan pula Andrew dihantui oleh rasa traumatis tersendiri karena telah membunuh adiknya.

b)     Dampak Eksternal
-  Orang-orang menjadi “takut” untuk berdekatan dengan Andrew, karena mereka menganggap Andrew “psikopat” dan mereka takut dibunuh oleh Andrew.
-      Sesudah keluar dari penjara, sangat besar kemungkinan bahwa Andrew akan dikucilkan oleh lingkungan dan teman-temannya (orang-orang akan cenderung menjaga jarak dari Andrew).

-     Dampak eksternal positif yang dapat dipetik adalah bahwa kemudian setelah mendengar dan manyaksikan berita pembunuhan oleh Andrew Conley ini karena meniru perilaku tokoh pada film Dexter, para orang tua dapat lebih berjaga-jaga dan memperhatikan tontonan TV anak-anak mereka. Apabila anak-anak belum cukup umur untuk menyaksiakan tontonan TV tersebut, orang tua dapat mengambil dua tindakan, yaitu tindakan pendampingan dan tindakan pencegahan (antisipasi), yaitu berupa mendampingi anak-anak dan menasihatinya agar tidak mengikuti tindakan yang tidak seharusnya dilakukan dalam tontonan (tindakan pendampingan), ataupun melarang sang anak untuk menyaksikan tontonan TV tersebut (tindakan pencegahan/antisipasi)
Nasrullah Taufik (2012161313) = @nasrullahtaufik
Renata Navraticelio (2012161010) = @sisilrenata
Magdalena Fenisia Caroline  (2012160274) = @fenisiacaroline
Nani Aristrtia Pratiwi (2012160786) = @aristrianani
Alvian Ningsih (2012160752) = @vialvia



Senin, 26 November 2012

Relational Patterns and Factor that Influence Patterns



Defensive and Supportive Communication Climates

Gibb's (1999) model of defensive communication climate, which was initially developed to analyze the dynamics of small-group interaction, can also be applied to examine the stability and well-being of interpersonal relationships. Gibb observes that people feel defensive when they perceive that they are under attack. In circumstances similar to what Gottman refers to as negative criticism and contemptuous attitudes that produce defensive reactions, a person who is defensive devotes a significant amount of personal energy to self-protection. When defensive responses arise in interpersonal communications, it is the relationship itself that becomes defensive. Defensive behavior from one party in a relationship evokes defensive behavior on the part of the other. Moreover, this dynamic cycle of defensiveness can intensify.

Gibb elaborates six patterns of behavior in a relationship that evoke defensive reactions and contribute to the cycle of defensiveness:

- Evaluation: When we perceive that someone is judging us
- Control: When we perceive that someone is attempting to change us or impose on us a solution for a problem
- Strategy: When we perceive that someone is trying to manipulate us or to conceal or disguise his or her true motives
- Neutrality: When we perceive that someone is indifferent to our feelings and unconcerned about our welfare
- Superiority: When we perceive that someone assumes that he or she has a higher status or worth than we do or acts in a unilateral manner that shuts out feedback
- Certainty: When we perceive that someone holds an unyielding and dogmatic position that is not open to dialogue

Describe Instead of Evaluate



Instead of communicating with patterns of behavior that arouse defensiveness, like those just listed, Gibb suggests using a corresponding set of supportive communication behaviors. For instance, rather than evaluate another person, we might be more effective if we describe a concern. Suppose, as an illustration, that Vivien and Laverne live together. Suppose further that Vivien is irritated by one of Laverne's personal habits—say, leaving dirty dishes in the sink. In place of calling Laverne a slob, an evaluative behavior, Vivien could describe how or why the unwashed dirty dishes create a problem. But it would be Vivien's problem, not Laverne's.

Use Problem Orientation Instead of Control

Vivien has a tendency to bark orders such as: Put your dirty dishes in the dishwasher as soon as you finish eating! This is an example of a control behavior that does not give Laverne very much of a voice in deciding what to do. Instead of control, Vivien might use what Gibb calls a problem-orientation. Vivien might seek input from Laverne by asking, "What do you think is a good way to take care of the dishes?" This open up a range of choices and shares decision making. By using a problem-orientation, control is shared and each has a voice.

Be Spontaneous Instead of Strategic

Spontaneous responses to problems disclose true feelings and motives. Being spontaneous also means refraining from trying to manipulate others. Suppose that the real reason behind Vivien's concern for neatness is insecurity, which is based in the fear that other friends or family members will see the dirty dishes and think that it is Vivien rather than Laverne who is the slob. But, rather than acknowledging those true fears, Vivien would prefer to manipulate Laverne into feeling shame. Consider how the interaction would be much less defensive if Vivien decided to make an honest disclosure by saying: "I get uptight about dirty dishes in the sink. I am afraid that someone else is going to see the mess and think I made it. What if my mother suddenly showed up at the door? She would think I was a slob."
In being spontaneous and making this admission, Vivien has taken a big risk. Laverne should also respond by being supportive. Sometimes, the best way to be supportive is simply to say "I understand." For this response to be effective, however, it needs to be genuine.

Teori ketergantungan media


Teori Ketergantungan Media (bahasa Inggris: Dependency Theory) adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu. Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada dua kolom di halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin tidak tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah acara Cek dan ricek, itu ada, ia pikir cek dan ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan sama sekali tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang Kompas.
Counterdependency adalah lawan dari dependency yaitu seseorang tidak bergantung kepada orang lain. contohnya ketika seseorang ingin makan siang lalu dia mengasih saran untuk makan di restaurant A kemudian temannya tidak menyetujui saran tersebut. dan akhirnya dia makan di restaurant A tidak bersama temannya tersebut.




Progressive and Regressive Spirals 

Progressive spiral adalah : banyaknya energi positif untuk membangun energi positif yang lain dan memiliki hasil yang meningkat kecuali dimodifikasi 
Example : *ketika A mengajak B untuk makan ke kantin lalu si B menyetujuinya*
Regressive spiral adalah : kebalikan dari progressive spiral, yaitu menurunkan energi positif dalam kepuasan bagi semua orang yang terlibat .
Example : * ketika Dani mengajak Dana untuk bermain sepak bola bareng tetapi Dana menolak             
                   Dengan bahasa yang kasar *
Di dalam suatu komunitas, Spirals bisa menjadi progressive jika salah seorang dalam komunitas tersebut dapat meningkatkan kepuasan terhadap orang lain, tetapi spirals bisa menjadi regressive jika salah seorang dalam komunitas tersebut meningkatkan ketidakpuasan terhadap orang lain
Regressive spiral dapat dihentikan dan dikendalikan tergantung pada komunikasi terbuka antara dua individu



Hubungan interpersonal mengacu pada individu dengan selera yang sama dan pola pikir masuk ke asosiasi. Individu yang berbagi tujuan yang sama dan kepentingan masuk ke dalam hubungan interpersonal. Hal ini penting bagi individu dalam hubungan dengan rukun.
Mari kita pergi melalui berbagai faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal:

Kecocokan
Dua individu dalam suatu hubungan harus kompatibel satu sama lain. Seharusnya tidak ada ruang lingkup konflik dan kesalahpahaman dalam suatu hubungan. Individu dari latar belakang yang sama dan tujuan yang sama dalam kehidupan yang sangat baik dalam hubungan. Orang dengan tujuan yang berbeda, sikap, proses berpikir sulit untuk menyesuaikan dan karenanya gagal untuk membawa hubungan ke tingkat berikutnya.

 Komunikasi

 Komunikasi memainkan peran penting dalam semua jenis hubungan apakah itu pribadi atau profesional. Perasaan harus diekspresikan dan timbal balik dalam hubungan. Individu perlu berkomunikasi satu sama lain secara efektif untuk pemahaman yang lebih baik. Tidak tinggal ibu karena menyebabkan masalah dan kesalahpahaman. Dua orang jatuh cinta harus berinteraksi satu sama lain secara teratur melalui berbagai modus komunikasi seperti telepon, email, surat (meskipun bertukar surat kini dianggap sebagai bentuk usang komunikasi). Tetap berhubungan sangat penting untuk cinta untuk tumbuh terutama dalam hubungan jarak jauh di mana individu tidak dapat memenuhi cukup sering.

Dalam hubungan profesional juga, rekan harus berkomunikasi dengan baik untuk ikatan yang lebih baik. Duduklah dengan rekan kerja Anda dan mendiskusikan masalah bertatap muka untuk mencapai solusi yang dapat diterima bersama.

Penerima harus memahami apa pengirim bermaksud untuk berkomunikasi dan sebaliknya a. Kejelasan pikiran sangat penting dalam hubungan.

Kejujuran
Jujurlah dalam hubungan. Jangan berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari pasangan Anda. Ingat setiap masalah ada solusinya. Berpikirlah sebelum Anda berbicara. Transparansi penting dalam hubungan.



 
Tenang-tenang saja
Jangan bereaksi berlebihan pada hal-hal kecil dalam hubungan. Tetap tenang. Jadilah menyesuaikan sedikit lebih. Jadilah yang pertama untuk mengatakan "Maaf". Ini akan memecahkan setengah dari masalah Anda.

Memaafkan
Seorang individu harus menjadi sedikit lebih pemaaf dalam hubungan. Jangan menyeret masalah yang tidak perlu. Berebut masalah kecil adalah bodoh dan membuat situasi semua lebih buruk.

Tersenyum
Seperti yang mereka katakan "Senyum adalah kurva yang membuat staright segalanya." Lampu kilat senyum Anda lebih sering. Ia bekerja. Jaga ekspresi wajah Anda saat berinteraksi dengan orang lain.

Waktu

Waktu memainkan peranan penting dalam hubungan. Individu dalam cinta harus menghabiskan waktu yang cukup untuk saling mengenal lebih baik. Frustrasi muncul ketika orang tidak memiliki waktu untuk bertemu atau berinteraksi satu sama lain. Bahkan dalam organisasi, individu harus menghabiskan waktu yang berkualitas dengan rekan kerja mereka untuk memperkuat ikatan di antara mereka sendiri. Pasangan suami-istri harus meluangkan waktu untuk satu sama lain untuk pesona untuk tinggal dalam hubungan selamanya.
 
Buatlah orang lain merasa penting. Hargai pasangan Anda setiap kali ia / dia melakukan sesuatu untuk Anda. Pujilah Dia / dia di depan orang lain.

Setiap hubungan membutuhkan waktu dan usaha individu untuk tumbuh. Duduklah dengan pasangan Anda dan mencoba untuk memilah-milah perbedaan secara damai. Jangan terlalu kaku.